Eksodus warga dari berbagai kawasan rawan bencana letusan Gunung Merapi di Jawa Tengah ke daerah yang dinilai aman, hingga Jumat (5/11/2010) malam, terus berlangsung, bahkan melebar ke Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Semarang.
Perpindahan penduduk tersebut dipicu oleh letusan dahsyat Merapi pada Jumat dini hari dan perluasan radius bahaya Merapi dari 10 kilometer menjadi 20 kilometer pada Jumat dini hari pula.
Aktivitas vulkanik Merapi hingga saat ini masih terus berlangsung namun intensitasnya tidak lagi sedahsyat sepanjang Kamis pagi hingga malam yang menyebabkan hujan lebat abu dan pasir.
Bupati Klaten Sunarna menyatakan, saat ini arus pengungsi dari Klaten, Kabupaten Boyolali, dan Kabupaten Sleman (DIY) ke daerah ini masih terus terjadi.
Ia memperkirakan jumlah pengungsi di Klaten bakal membengkak menjadi sekitar 20.000 jiwa dari sebelumnya 16.000-an warga.
Selain ke Klaten, sekitar 300 warga Kecamatan Selo dan Cepogo, Kabupaten Boyolali, mengungsi ke Kabupaten Semarang.
Sebanyak 31 penduduk kabupaten ini, Kamis malam, juga mengungsi hingga ke Kabupaten Sukoharjo, yang jaraknya sekitar 80 km.
Pengungsi mulai berdatangan ke Kabupaten Semarang sejak Jumat pagi dan sementara ini ditempatkan di tiga titik pengungsian, yaitu di Desa Payungan, Kradenan, dan Jetis, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Semarang.
Warga mengaku selama mengungsi di wilayah Kabupaten Boyolali sudah berpindah tiga kali dalam semalam ketika Gunung Merapi meletus lagi pada Jumat 01.00 WIB.
Mereka hanya membawa pakaian dan uang seadanya hasil menjual sapi. Sapi terpaksa dijual dengan harga murah, karena mereka tidak bisa lagi memberi makan.
Kepala Desa Payungan, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Semarang, Sukadi mengatakan, posko pengungsian di desanya di bagi menjadi tiga titik, yaitu di Dusun Nanggulan, Randusari, dan Perampogan. Warga sekitar juga menyambut pengungsi dengan menyediakan lahan dan sejumlah logistik.
Bupati Semarang, Mundjirin, mengatakan Pemkab Semarang juga menyalurkan sebagian bantuan logistik dan obat-obatan ke pengsungsi yang berada di Kecamatan Kaliwungu
Perpindahan penduduk tersebut dipicu oleh letusan dahsyat Merapi pada Jumat dini hari dan perluasan radius bahaya Merapi dari 10 kilometer menjadi 20 kilometer pada Jumat dini hari pula.
Aktivitas vulkanik Merapi hingga saat ini masih terus berlangsung namun intensitasnya tidak lagi sedahsyat sepanjang Kamis pagi hingga malam yang menyebabkan hujan lebat abu dan pasir.
Bupati Klaten Sunarna menyatakan, saat ini arus pengungsi dari Klaten, Kabupaten Boyolali, dan Kabupaten Sleman (DIY) ke daerah ini masih terus terjadi.
Ia memperkirakan jumlah pengungsi di Klaten bakal membengkak menjadi sekitar 20.000 jiwa dari sebelumnya 16.000-an warga.
Selain ke Klaten, sekitar 300 warga Kecamatan Selo dan Cepogo, Kabupaten Boyolali, mengungsi ke Kabupaten Semarang.
Sebanyak 31 penduduk kabupaten ini, Kamis malam, juga mengungsi hingga ke Kabupaten Sukoharjo, yang jaraknya sekitar 80 km.
Pengungsi mulai berdatangan ke Kabupaten Semarang sejak Jumat pagi dan sementara ini ditempatkan di tiga titik pengungsian, yaitu di Desa Payungan, Kradenan, dan Jetis, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Semarang.
Warga mengaku selama mengungsi di wilayah Kabupaten Boyolali sudah berpindah tiga kali dalam semalam ketika Gunung Merapi meletus lagi pada Jumat 01.00 WIB.
Mereka hanya membawa pakaian dan uang seadanya hasil menjual sapi. Sapi terpaksa dijual dengan harga murah, karena mereka tidak bisa lagi memberi makan.
Kepala Desa Payungan, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Semarang, Sukadi mengatakan, posko pengungsian di desanya di bagi menjadi tiga titik, yaitu di Dusun Nanggulan, Randusari, dan Perampogan. Warga sekitar juga menyambut pengungsi dengan menyediakan lahan dan sejumlah logistik.
Bupati Semarang, Mundjirin, mengatakan Pemkab Semarang juga menyalurkan sebagian bantuan logistik dan obat-obatan ke pengsungsi yang berada di Kecamatan Kaliwungu
0 komentar:
Posting Komentar